Pagi teman-teman, sudah tahu dong kalau Kemenkop dan UKM Indonesia telah menyusun dan menetapkan 5 (lima) program unggulan untuk dapat segera dimulai untuk membuat Koperasi dan UKM Indonesia bisa “Naik Kelas”, sebagai upaya untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan kemitraan agar UMKM naik kelas segera tercapai.
Sebagai masyarakat Indonesia yang mendukung program pemerintah, kita harus mengetahui bagaimana progres atau perkembangan Kemenkop dan UMKM dalam menjalankan program yang ada.
Forum Wartawan Koperasi (FORWAKOP) berkerjasama dengan Kementerian Koperasi dan UKM menggelar focus groub discussion (FGD) dengan tema “Menjaring Kemitraan Perkuat UMKM Naik Kelas”. Dengan adanya FGD ini diharapkan akan diperoleh konklusi bersama untuk memperkuat UMKM agar cepat naik kelas, antara Pemerintah, pemangku kepentingan, pihak swasta dan masyarakat.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki saat ini sedang berusaha untuk mendorong transformasi bidang ekonomi, guna mengubah struktur ekonomi yang lebih berkeadilan. Saat ini struktur ekonomi Indonesia masih didomimasi oleh pelaku usaha mikro dengan jumlah 63,5 juta unit, disusul usaha kecil 783.132 unit, usaha menengah 60.702 unit, serta usaha besar 5.550 unit. Apa saja kebijakan dan langska di ambil, hal ini akan di pada diskusi kali ini.
Narasumber Forum diskusi adalah :
1. Deputi Bidang Restrukturisasi Usaha Kementerian Koperasi dan UKM Abdul Kadir Damanik.
2. Ketua Pengurus Koperasi Telekomunikasi Selular (Kisel), Suryo Hadiyanto.
Upaya Menjaring Kemitraan Untuk Perkuat UMKM Naik Kelas
Diungkapkan oleh Bapak Damanik pada kesempatan ini, “Berbicara mengenai usaha di Indonesia, saat ini usaha mikro, kecil dan menengah atau biasanya disingkat (UMKM) sudah mulai terlihat perkembangannya di Indonesia”.
Walaupun UMKM di Indonesia masih terbilang kecil dalam skala internasional, akan tetapi dikutip dari data pemerintah Indonesia UMKM pada tahun 2019, telah mampu menyumbang 60,3 produk domestik bruto (PDB) dan 97% tenaga kerja.
Dengan perkembangan UMKM di Indonesia saat ini, telah membantu pemerintah untuk bisa menciptakan lapangan kerja bagi pengangguran. Selain itu perkembangan UMKM di Indonesia juga telah membantu meningkatkan ketahanan ekonomi rumah tangga di Indonesia. Dengan demikian kebijakan pembangunan berbasis UMKM bisa menjadi prioritas.
Selain memberikan kontribusi yang sangat signifikan bagi PDB, UMKM Indonesia sejauh ini ternyata sudah mampu menembus pasar Internasional. Hal itu nampak pada nilai ekspor sektor UMKM yang dibina Bank Indonesia (BI) telah mencapai Rp1,4 triliun dari 60.702 unit pelaku UMKM pada tahun 2019. Jumlah tersebut hanya pada satu titik saja, belum lagi pada titik lain yang jumlahnya masih banyak.
Tentunya pencapaian tersebut memberikan bukti, apabila pemerintah Indonesia sangat serius dalam mengembangkan sektor tradable dalam menggerakkan sektor riil berbasis UMKM. Meski pun nampak agresif, namun tak semua pelaku UMKM di Indonesia memiliki nasib yang sama yang mampu berkembang dengan pesat.
Apalagi melihat disparitas antara wilayah Indonesia khususnya pulau Jawa dan non pulau Jawa juga mempengaruhi bagi perkembangan UMKM yang ada selama ini. Banyak UMKM di luar pulau Jawa yang belum mampu naik kelas dan masih terkendala selain infrastruktur dan efisiensi dalam berbisnis.
Para pelaku UMKM banyak terkendala masalah klasik, diantaranya adalah kelembagaan, perkuatan permodalan, sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, inovasi pemasaran dan teknologi IT. Hal tersebut menjadikan UMKM sulit mengalami naik kelas. Sementara produk-produk mereka yang memiliki kearifan lokal jika mampu di asismen dengan baik bisa sangat kompetitif dipasar global.
Melihat kendala tersebut, diperlukan kemitraan UMKM agar bisa naik kelas dengan berbagai cara, diantaranya dengan mendirikan koperasi atau dengan bermitera dengan lembaga strategis lainnya. Dengan mendirikan koperasi, UMKM akan dibina dari sisi capacity building hingga pada asismen keuangan, dengan demikian UMKM akan lebih jelas role dan road map-nya untuk bisa naik kelas.
Begitu juga dengan mitra strategis lain seperti modal ventura UMKM atau perusahaan leasing (sewa) peralatan dan teknologi IT untuk UMKM. Dengan demikian akselerasi UMKM untuk lebih cepat berkembang bisa terlakasana.
Apa yang terurai diatas adalah salah satu variable bagaimana cara agar UMKM bisa naik kelas. Namun masih banyak lagi strategi lainya yang bisa dígali untuk menjaring kemiteraan UMKM agar naik kelas baik dari sisi risk managemen dan lainnya.
Koperasi Telekomunikasi Selular (Kisel) Contoh Koperasi Yang Sudah Naik Kelas
Kisel menjadi contoh koperasi yang bisa naik kelas, dari mikro menjadi koperasi besar beromset triliunan per tahun. Berbincang dengan Ketua Pengurus Koperasi Telekomunikasi Selular (Kisel), Suryo Hadiyanto, kita bisa cari tahu apa saja yang dilakukan Kisel untuk bisa menjadi koperasi besar.
Koperasi Telekomunikasi Selular (kisel) merupakan lembaga penyedia jasa Distribution Channel (Penjualan dan Distribusi), General Service (Layanan Umum) dan Telco Infrastructure (Layanan Infrastuktur Telekomunikasi), dengan jaringan kantor operasional sebanyak 54 buah kantor wilayah atau cabang yang sudah tersebar dari Provinsi Nangroe Aceh Darussalam hingga Provinsi Papua dan didukung oleh 4.039 orang anggota dengan mayoritas anggota adalah karyawan PT Telkomsel.
Dikatakan oleh Suryo, “Perjalanan bisnis Kisel dimulai dengan mengembangkan usaha yang relatif modern, di luar kebiasaan lembaga yang bernama koperasi, di mana saat itu kisel terlibat banyak dalam bisnis yang mendukung kegiatan Telkomsel”.
Kisel sudah sukses melayani jutaan pelanggan, dengan membangun 3 hal, yaitu flatform, channel, dan aplikasi. Sehingga dapat menjangkau lebih banyak orang dan diakses dimana saja.
Diharapkan semua UMKM dapat mengikuti kesuksesan Kisel, sehingga Koperasi sebagai prinsip dasar perekonomian Indonesia dapat menjadi solusi bagi masyarakat Indonesia.