Pagi Bunda, pasti sudah tahu dong kalau Hari Stroke Sedunia jatuh pada tanggal 29 Oktober, dan tema tahun 2019 “Dont Be The One”, dan tema nasional “Otak Sehat, SDM Unggul”. Hari Stroke selalu di gaungkan sebagai peringatan untuk menggugah kesadaran masyarakat agar mau hidup sehat.
Stroke adalah salah satu penyebab kematian utama, menjadi penyebab kematian nomor satu di Indonesia, dimana terjadi kerusakan otak akibat gangguan suplai darah. Terjadi dua kondisi ketika pasokan darah ke otak terganggu, yaitu penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik).
Ketika sebagian area otak mati, bagian tubuh yang dikendalikan oleh area otak yang rusak tidak dapat berfungsi dengan baik. Stroke adalah keadaan darurat medis karena sel otak dapat mati hanya dalam hitungan menit. Penanganan yang cepat dapat meminimalkan kerusakan otak dan kemungkinan munculnya komplikasi.
Gejala umum stroke yang bisa langsung dikenali oleh masyarakat luas, yaitu sulit berjalan, berbicara, dan memahami, serta kelumpuhan atau mati rasa pada wajah, lengan, atau tungkai.
Stroke merupakan penyakit yang disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya usia yang semakin meningkat, jantung koroner, diabetes mellitus, dan hipertensi. Jadi sangat penting bagi kita semua untuk selalu melakukan GERMAS.
Peringati Hari Stroke Sedunia bersama Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
dr. Cut Putri Arianie, MH.Kes selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular mengatakan, saat ini stroke menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia setiap tahunnya. Dari data ini menunjukkan 1 dari 4 orang mengalami stroke, padahal sesungguhnya stroke dapat dicegah.
Berdasarkan data Riskesdas 2013, di dapatkan prevalensi stroke nasional 12,1 permil, sedangkan pada Riskesdas 2018 prevalensi stroke 10,9 permil, tertinggi di Provinsi Kalimantan Timur (14,7 per mil) sementara terendah di Provinsi Papua (4,1 per mil), hal ini diungkapkan oleh dr. Cut .
Menurut data BPJS Kesehatan tahun 2016 Stroke menghabiskan biaya pelayanan kesehatan sebesar Rp1,43 Trilyun, tahun 2017 naik menjadi Rp2,18 Trilyun dan tahun 2018 mencapai Rp2,56 Trilyun rupiah.
Penyakit Kardioserebrovaskuler seperti stroke dan penyakit jantung koroner, dapat dicegah dengan mengubah perilaku yang berisiko seperti :
1. Penggunaan tembakau atau Merokok,
2. Diet yang tidak sehat dan obesitas,
3. Kurangnya aktivitas fisik, dan
4. Penggunaan alkhohol
Untuk mencegah stroke berdampak buruk, perlu mengetahui gejala-gejala yang biasanya terjadi pada penderita. Gejala-gejala itu antara lain ;
1. Senyum tidak simetris, atau moncong ke satu sisi, tersedak, dan sulit menelan air minum secara tiba-tiba.
2. Gerak separuh anggota tubuh melemah tiba-tiba, biasanya tubuh bagian kanan.
3. Tiba-tiba tidak dapat berbicara, kata-katanya tidak dimengerti, dan bicara tidak nyambung.
4. Kebas atau baal, dan kesemutan separuh badan.
5. Rabun, pandangan satu mata kabur terjadi tiba-tiba.
6. Sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan tidak pernah dirasakan sebelumnya.
7. Gangguan fungsi keseimbangan seperti terasa berputar dan gerakan sulit dikoordinasi.
Apabila gejala tersebut muncul, penderita harus segera dibawa ke rumah sakit. Jangan sampai melebihi periode emas 4,5 jam pasca terserang stroke. Karena akan fatal dan mengakibatkan kematian bagi penderitanya.
“Kementerian Kesehatan berharap, semoga kita semua dapat menjadi agen perubahan dalam perilaku hidup sehat, terutama dalam pencegahan dan pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular, sehingga masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang sehat dan berkualitas,ungkap” dr. Cut.
Hindari Stroke dengan Melakukan Hidup Sehat
dr. Al Rasyid, Sp.S(K), Sekretaris Pokdi Stroke dari Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi) juga menjelaskan pentingnya tatalaksana yang optimal pada fase akut stroke, hal ini akan menentukan proses perbaikan pasca stroke dan mengurangi kecatatan.
“Tata laksana pada fase akut yang tepat akan memberikan dampak yang baik, namun harus diiringi dengan alat yang baik dan praktis”, ungkap dr. Al Rasyid.
Tata laksana penanganan penderita stroke pada periode emas itu dialami oleh Ibu Suherni (43). Ia terserang stroke secara tiba-tiba saat bercanda dengan tetangganya. Tangan dan kaki Suherni kaku tidak bisa digerakkan sama sekali.
Ibu Suherni langsung dibawa ke RS PON (Pusat Otak Nasional) dan dilakukan tata laksana pada periode emas 4,5 jam pasca terserang stroke. Ia mengaku hanya dirawat 9 hari di RSPON dan setelah itu sembuh total. Alhamdulillah ya Bunda, berkat penanganan yang tepat tidak mengakibatkan kelumpuhan atau kematian.
Usai sembuh total dari stroke, ibu Suherni mengaku telah mengubah pola makan menjadi lebih baik. Selain nasi, ia jadi lebih memperbanyak makan sayuran dan ikan, juga sudah tidak lagi meminum obat dan tidak pernah ada keluhan.
Namun demikian, dr. Al Rasyid memintanya untuk selalu melakukan cek kesehatan. Deteksi dini faktor risiko dan promosi hidup sehat perlu digalakkan agar memperkecil kejadian stroke. Jika sudah terlambat maka penanganan akan semakin sulit.
Langkah pencegahan begitu penting, juga menerapkan gaya hidup sehat adalah kunci untuk mencegah berbagai penyakit, termasuk stroke.